Bandung, Gontornews — Ketua Umum Forum Bisnis (Forbis) Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor, H Agus Maulana, mengajak alumni Pondok Modern Darussalam Gontor untuk bekerjasama dalam bisnis dengan menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang profesional dan amanah.
“Sebab, dengan sinergi dan kolaborasi, kapasitas bisnis akan makin cepat di-up grade dan dilakukan scale up. Wawasan dan pergaulan bisnis juga akan makin meluas. Sehingga akan lahir pengusaha-pengusaha besar dari kalangan santri yang dimulai dari skala kecil,” ujar Agus Maulana sebagaimana dirilis laman forbis.id.
Agus menepis anggapan bahwa sesama alumni Gontor tidak bisa bersinergi. “Siapa bilang kerjasama antaralumni selalu berakhir tragis. Stigma semacam itu perlu diluruskan. Jangan sampai menjadi sebuah pembenaran, sehingga kerjasama sesama Muslim yang seharusnya menjadi sarana ta’awun, saling menguatkan dan ibadah, akhirnya justru dihindari,” tandasnya.
Demi menepis stigma itulah Forbis IKPM Gontor menggandeng Yakaafi (Yayasan Amal Wakaf Indonesia) melakukan program #Dukung Usaha Alumni melalui skema pengembangan usaha yang sudah berjalan.
Ia menuturkan, proyek pertama upaya ini yaitu pengembangan unit produksi milik Asep Muhdor di bawah bendera PT Alendors Global Production (AGP) yang berlokasi di Padalarang, Bandung Barat. Untuk menambah kapasitas produksi, Yakaafi mendukung lpembelian mesin konveksi, sehingga kapasitas produksi per bulan bisa mencapai 45 ribu potong.
Asep Muhdor adalah anggota Forbis Bandung yang sudah menggeluti usaha produksi sejak 2009. Total karyawan saat ini 265 orang. Komitmen yang kuat dalam menjaga kepercayaan dan kualitas pekerjaan, membuat Asep Muhdor mendapat order pekerjaan dari berbagai merk ternama. Sebut saja seperti Livehaf, Whatchout, Elzatta dan belasan merk lainnya.
Agus menyebutkan, sebelum melakukan kerjasama, Yakaafi dan Forbis melakukan serangkaian analisa awal dalam penilaian usaha. Termasuk aspek personalitas dan performa bisnis.
“Aspek personality sangat penting untuk memastikan bahwa pihak yang akan bekerjasama adalah pribadi yang amanah, punya komitmen dan tanggung jawab, mempunyai track record yang baik melalui penelusuran di kalangan IKPM maupun marhalah, serta penilaian kepribadian lainnya,” papar Agus.
Sedangkan analisa performa bisnis meliputi aspek-aspek yang menunjukkan bahwa bisnis yang akan dijadikan dasar kerjasama tersebut mempunyai potensi dan peluang yang bagus, profitabilitas yang bisa diukur, analisa dan manajemen risiko, serta bukti-bukti laporan keuangan yang transparan dan valid.
“Di sinilah seorang pebisnis perlu mempunyai catatan dan laporan keuangan yang rapi agar bisa menunjukkan kinerja usahanya dan meyakinkan pihak lain bahwa bisnisnya dikelola dengan baik,” terang pemilik usaha bengkel Agus Lio Ban di Subang itu.
Setelah persyaratan yang dibutuhkan bisa dilengkapi dan terpenuhi unsur-unsurnya, baru kemudian dibuatkan perjanjian kerjasama (MoU). Menurutnya, hal ini sangat penting untuk menjadi pegangan dan rujukan bersama jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai harapan, penyelesaian konflik serta panduan dalam kerjasama di lapangan.
Dari pengalaman yang ada selama ini, lanjut Agus, kerjasama antaralumni Gontor dilakukan tanpa proses dan verifikasi yang detail dan ketat. Hanya bermodalkan pada semangat untuk bekerjasama. Bahkan dalam beberapa kasus, hanya karena pertemanan, sesama alumni, sesama marhalah atau daerah. Akibatnya, ketika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan, baik itu menyangkut personal karakter pihak-pihak yang bekerjasama maupun terkait manajemen pengelolaan usaha, para pihak tidak siap dan saling menyalahkan.
Menurut Agus, bisnis adalah sesuatu yang dinamis, terukur tapi juga mempunyai risiko-risiko dalam operasionalnya. Karena itu para pihak yang bekerjasama harus mempunyai kesadaran dan komitmen kuat terkait hal ini agar bisa meminimalisasi risiko serta memperbesar peluang dan potensi keberhasilannya.
Source By: https://gontornews.com/dukung-usaha-alumni-gontor-forbis-gandeng-yakaafi-kembangkan-usaha-konveksi-di-padalarang/